Derta Arjaya
Rezim Orde Baru, Rhoma Irama dan Musik Dangdut 1970an-1990an
2016 | Tesis | Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada
Abstrak
Penelitian ini menjawab dua pertanyaan pokok. Pertama, dinamika hubungan yang terjadi antara musisi dangdut dan rezim Orde Baru pada periode 1970an hingga 1990an. Kedua, pihak mana yang diuntungkan dari dinamika hubungan tersebut. Metode sejarah digunakan dalam penelitian ini, dengan menggunakan sumber-sumber seperti majalah, koran, buku, karya ilmiah yang tersebar di berbagai tempat, mulai dari Perpusatakaan Nasional Jakarta, Perpustakaan UGM, Perstakaan FIB, Jogja Library Centre (JLC), kantor Kompas Jogja, Perpustakaan Ignatius Jogjakarta, Galeri Malang Bernyanyi, koleksi pribadi ahli musik UGM, koleksi beberapa teman, koleksi sahabat Rhoma dan lain-lain. Selian itu, penelitian ini juga menggunakan sumber hasil wawancara terhadap sejumlah musisi dangdut, seperti Rhoma Irama, Rita Sugiarto, serta beberapa personel Soneta Grup serta seorang pengamat musik dangdut sekaligus assisten pribadi Rhoma Irama dalam periode 80an-90an. Temuan utama penelitian ini adalah; Pertama, hubungan yang terjalin antara musisi dangdut dan rezim Orde Baru ternyata sangat dinamis. Diawali dengan sikap saling acuh antara rezim dan musisi dangdut ketika kelahiran genre musik tersebut pada 1970an awal dan kemudian berubah menjadi sikap permusuhan. Memasuki tahun tahun 80an hingga 90an awal, pola hubungan tersebut bersifat ambigu. Hubungan keduanya kemudian berubah menjadi sangat harmonis ketika memasuki tahun 1990an sampai dengan berakhirnya kekuasaan rezim Orde Baru. Tesis ini menyimpulkan bahwa hubungan yang terjalin antara musisi-musisi dangdut dan rezim Orde Baru pada akhirnya menguntungkan kedua belah pihak itu sendiri. Dinamika hubungan yang terjadi dalam periode 1970an-1990an menunjukkan adanya sikap saling respon kedua belah pihak terhadap terhadap perkembangan masing-masing.
Abstract
his research tries to answer two main questions. First, the relationship dynamics that happened between dangdut musicians and the regime, during 1970s to 1990s periods. Secondly, who takes advancement of the relationship dynamics. History method is applied in this research, by using sources, such as, magazines, newspapers, books, scientific works, which are spread in several places, started from Jakarta national library, UGM library, FIB library, Jogja Library Center (JLC), Kompas office in Jogja, Jogja Ignatius library, Malang Bernyanyi Galery, private collections of UGM music expert and some of friends, friends of Rhoma collection, and many more. Besides, this research used the interview results toward some dangdut musicians, such as, Rhoma Irama, Rita Sugiarto, some members of Soneta group, and one music observer who was the private assistant of Rhoma Irama in 80s to 90s periods. The main inventions of this research are, firstly, the relationship between the regime and the musicians was really dynamics. In 1970s the relationship between the government and dangdut musician was not good. Entering 1980s to the beginning of 1990s, the relationship structure was dominated by the ambiguous attitude of the government toward dangdut music. The relationship then became harmonious in the beginning of 1990s until the end of Orde Baru regime. This research concluded the relationship dynamics that happened between the dangdut musician and the New Order regime was finally beneficial for the two sides. Those structure changes in 1970s to 1990s periods shows the responsive attitude between the dangdut musician and the government towards the cultural development.
Kata kunci: dangdut, relasi/ hubungan, Rezim Orba.