Michael H.B. Raditya – Dangdut Koplo: Memahami Perkembangan hingga Pelarangan
Michael H.B. Raditya
“Dangdut Koplo: Memahami Perkembangan hingga Pelarangan”
Jurnal Seni dan Budaya Nusantara Vol 1 No 1 (2017)
Abstrak
Dangdut Koplo kini telah menjadi produk massal, yang terus terkomodifikasi oleh industri musik tanah air. Terlahir di pesisir pantai utara pulau Jawa –Pantura–, Dangdut Koplo telah berkembang sejak Dangdut televisi mengemuka. Hingga pada tahun 2003, fenomena Inul merebak, dan menggantikan posisi bintang Dangdut yang tenar saat itu, seperti: Rhoma Irama. Namun Rhoma Irama tidak menerimanya, pelbagai cara mencekal Inul dan Dangdut Koplo dilakukan. Bertolak dari ihwal tersebut, tidak dapat dipungkiri bahwasanya Dangdut Koplo berkembang karena pelarangan. Pelbagai usaha pelarangan dari Rhoma Irama dan kolega, hingga kalangan yang mengatasnamakan agama turut mempersoalkan Inul dan musiknya, Koplo. Namun kuasa komodifikasi berkerja, Inul dan banyak penyanyi Pantura berjaya. Pada tahun 2016, pelarangan kembali terjadi. Giliran KPI ambil bagian mencekal tigabelas lagu Dangdut Koplo. Bertolak dari ihwal tersebut, maka artikel ini akan membahas perkembangan dan pelarangan yang telah terjadi. Alih-alih diposisikan untuk mendukung kubu yang saling berkonfrontasi, artikel ini lebih diarahkan sebagai artikulasi atas makna yang terkandung dari Dangdut Koplo itu sendiri. Hasil dari artikel ini adalah sebuah tawaran alternatif dalam menyikapi pelarangan di kedua belah pihak.
Abstract
Nowadays, Dangdut Koplo has become a mass product, which commodified by industry music of Indonesia. Was born in the northern coast of Java -Pantura-, Dangdut Koplo has develop since Dangdut Television become popular. In 2003, Inul phenomenon was replacing Dangdut star whose fame at the time, such as: Rhoma Irama. But Rhoma and colleagues didn’t accept that, and try to ban Inul and Dangdut Koplo in Dangdut Industry. It is undeniable that Dangdut Koplo developed by ban process. Rhoma Irama and Many Groups who has a corelation with religion tried to ban Dangdut Koplo, and Inul. But the commodification’s power worked, Inul and singers from Pantura more popular. In 2016, KPI do the ban Dangdut Koplo. Thirteen songs Dangdut Koplo blocked. Regarding from these thing, this article will discuss about existance of Dangdut Koplo, about developing and barriers. And this article isn’t support group who confronted each other, this article who i wrote it, is trying to articulate about essence that contained on Dangdut Koplo. The result of this article is an alternative point of view’s to face the problem in holistic way.
Keywords: Dangdut Koplo; Pelarangan; Penonton; Perkembangan; Developing; Ban; Audience
Link
https://jsbn.ub.ac.id/index.php/sbn/article/view/2