Zafirah Quroatun ‘u
Televisi Dan Industrialisasi Budaya (Analisis Wacana Kritis terhadap Acara Musik Dangdut D’T3rong Show)
2016 | Tesis | Ilmu Komunikasi UGM
Abstrak
Musik sebagai salah satu bentuk produk media sekaligus produk budaya yang dibuat dalam jumlah besar (mass production) dan disebarkanluaskan (dissemination) (McQuail,1975). Dari sudut pandang industri budaya, musik adalah suatu pertalian yang ketat antara pesan, suara dan pengalaman kontekstual (Ryan, 2010). Maka untuk memahami nilai-nilai, kecemasan, dan keinginan tertentu dari suatu budaya, kita harus memahami praktik yang mengelilingi produksi dan konsumsi budaya. Dahulu, musik dangdut merupakan kebudayaan rakyat yang berkembang secara alamiah tanpa adanya unsur komersialisasi. Meski demikian, ketika budaya rakyat ini bersinggungan dengan sistem kapitalisme, maka dangdut berubah menjadi kebudayaan massa melalui industri. Ciri-ciri yang menyertainya adalah (1)menasional; (2) menggglobal; (3)masuk ke ranah industri. Perkembangan musik dangdut dewasa ini telah membuatnya bertransformasi dari budaya musik untuk kaum bawah menjadi milik seluruh lapisan masyarakat . Dangdut telah dikategorikan ke dalam sebuah bentuk budaya pop atau budaya massa yang perkembangannya dipengaruhi oleh industrialisasi. Industrialisasi pada musik dangdut telah menyulap dangdut menjadi sebuah komoditas. Setiap komodifikasi pada musik dangdut tentu akan selalu dipengaruhi dan diarahkan kepada permintaan pasar. Pertumbuhan dangdut kontemporer menghancurkan monopoli aristokrasi atas budaya tradisional. la kemudian menjadi milik semua orang sesuai dengan standar-standar yang dikelola oleh pasar. Yang terjadi kemudian adalah “homogenisasi cita rasa” untuk tujuan “komersialisasi” segenap produk budaya. Musik dangdut di televisi mensyaratkan hasil tindakan konsumsi masyarakatnya melalui atribut dangdut yang meliputi penyanyi, goyangan, lirik, busana, alunan music, lirik, hingga lifestyle- nya. Transformasi penyajian dangdut menjadi lebih modern dengan tempat yang mewah gemerlap, dipadukan dengan goyangan yang terkesan mengumbar syahwat, ajang-ajang pencarian bakat dangdut, challenge dangdut, instrument dangdut dalam iklan, panggung dangdut dalam perhelatan kontestasi politik, hingga sinetron maupun film yang tidak mengusung genre musical tetapi sengaja menyisipkan music-musik ini menjadi fenomena merebaknya industrialisasi yang menuntut homogenisasi dangdut kontemporer di tanah air. Dalam hal ini, media televisi sebagai invisible hand memiliki pengaruh kuat meski tak terlihat dalam memainkan industri musik dangdut. Penelitian ini terutama dilakukan mengingat karakteristik musik yang khas yakni bisa dimaknai sesuai konteks sekaligus out of the box konteks, kurangnya perdebatan musik sebagai sebuah industri sekaligus budaya yang sarat akan kepentingan ekonomi politik, ditambah lokus Indonesia sebagai negara dengan keragaman dan kecintaan terhadap budaya.