Selin Rima Melati Sukma
Musik dan Ideologi: Fenomena Hibriditas pada Musik Tarling Dangdut Dermayonan
2024 | Tesis | Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Universitas Gadjah Mada
Abstrak
Musik tarling berasal dari Kabupaten Indramayu yang populer pada wilayah sepanjang jalur lintasan pantai utara atau yang biasa disebut dengan pantura. Letak geografis Kabupaten Indramayu sebagai jalur lintasan dan berbatasan dengan wilayah yang memiliki kelompok budaya mainstream seperti Sunda dan Jawa menjadikan Indramayu sebagai wilayah pertemuan berbagai unsur budaya (melting pot). Hal tersebut menjadikan dinamika masyarakat berkembang begitu pesat dengan adaptasi berbagai budaya termasuk trend musik populer yang begitu cair dan cepat. Terdapat indikasi musik tarling merupakan sebuah produk hibriditas, dari penggabungan antara musik tarling dengan musik dangdut.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena hibriditas musik tarling dangdut Dermayonan yang mencakup aspek musikal, representasi seniman dan masyarakat Indramayu sebagai penikmat tarling, serta nilai-nilai budaya atau lokalitas yang muncul dari fenomena hibriditas musik tarling Dermayonan. Terdapat tiga buah lagu yang dianalisis secara tekstual dan ideologis menggunakan teori analisis musik popular Tagg. Tiga buah lagu yang dipilih untuk mewakili lagu-lagu yang mempunyai unsur-unsur dari genre musik tarling dan musik dangdut. Analisis tekstual digunakan sebagai mata pisau pembedahaan unsur-unsur musikal. Di luar konsep tekstual fenomena hibrid dianalisis secara ideologis untuk mengungkap keterhubungan antara pencipta dan penerima musik tarling dangdut dalam konteks masyarakat Indramayu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis dan wawancara terhadap empat narasumber.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukan bahwa praktik hibriditas digunakan pada perkembangan musik tarling Dermayonan. Adanya penggabungan dan pencampuran dinamis berbagai unsur-unsur lokal dan genre musik lain yang terurai dari analisis tekstual musik. Representasi seniman atas fenomena hibriditas ini terwujud pada konsepsi dan komposisi musiknya yang mampu menghubungkan jenis-jenis musik dan peristiwa yang ada pada masyarakat budaya populer, namun tetap mempertahankan identitas musik tarling. Kemudian representasi seniman bagi pihak penerima dalam konteks masyarakat Indramayu, fenomena hibriditas ini diterima sebagai bentuk dari inovasi budaya dan hiburan akan realitas sosial masyarakat.
Abstract
Tarling music is originated from Indramayu Regency, which is popular in the area along the north coast route or what is well-known as Pantura. The geographical location of Indramayu Regency as a route and bordering with the areas that have mainstream cultural communities, such as Sundanese and Javanese turn it as a meeting point for numerous cultural elements (melting pot). This causes the dynamics of the society to grow rapidly with the adaptations of various cultures, including popular music trends, which are fluid and fast. There are indications that tarling music is a product of hybridity, which is formed by the combination of tarling and dangdut music.
This research aims to describe and analyze the hybridity phenomenon of Dermayonan tarling dangdut music, which covers the musical aspects, representation of the artists, and the local people in Indramayu as tarling enthusiasts, as well as the cultural and local values that emerge from the hybridity phenomenon of Dermayonan tarling music. There are three songs are examined both textually and ideologically applying Tagg’s theory of popular music analysis. Three songs are chosen to represent the songs that possess the elements of tarling and dangdut music genres. Textual analysis is conducted as a tool to discover the musical elements. Apart from the textual concept, hybrid phenomenon is examined ideologically to reveal the connection between the composers and the audience of tarling dangdut music in the context of Indramayu society. This research applies qualitative method with phenomenological approach and interviews with four interviewees.
The results performed in this research display that the practice of hybridity is served in the development of Dermayonan tarling music. There is a dynamic combination and mixing of several local elements and other musical genres that are uncovered from the textual analysis of the music. The artists’ representation over the hybridity phenomenon is demonstrated on the musical conception and composition that link various types of music and events within popular cultures. On the other hand, it still upholds its tarling music identity. Furthermore, the artists’ representation for the audience in the context of Indramayu society, this hybridity phenomenon is accepted as a form of cultural innovation and entertainment regarding the social reality of the community.
Kata kunci: Hibriditas, Ideologi, Tarling, Dangdut, Dermayonan
Kunjungi laman resmi: